Tragedi Sampit

 


   Tragedi Sampit adalah tragedi yang melibatkan perselisihan antara 2 suku, yaitu Suku Dayak dan Suku Madura di Kota Sampit, Kalimantan Tengah. Kerusuhan ini bermula pada tanggal 18 Februari 2001 dan berlangsung selama setahun. Banyak hal yang menjadi faktor kerusuhan tersebut, salah satunya adalah karena kebijakan pemerintah yang memungkinkan warga Madura untuk menguasai berbagai industri di Kalimantan Tengah.


Dalam tragedi ini, banyak korban berjatuhan. Sebagian besar korban merupakan warga Madura. "Penyapuan" ras Madura di Sampit dilakukan warga Dayak dengan membawa tradisi Ngayau yang terbilang sadis. Pihak keamanan seperti TNI dan POLRI berkali-kali mencoba untuk meredakan masalah tersebut. Pada saat Suku Dayak berhasil menguasai Sampit, pihak kepolisian menangkap seseorang yang diduga sebagai dalang dari kerusuhan ini. Setelah kejadian penangkapan tersebut, ribuan warga Dayak mengepung salah satu kantor polisi di Palangkaraya dan meminta pihak kepolisian untuk melepaskan para tahanan. Permintaan ini pun dipenuhi oleh pihak kepolisian.


Kerusuhan tersebut juga memberikan dampak negatif terhadap kondisi sosial-budaya warga Madura yang mengungsi kembali ke Madura. Masalahnya, tidak semua warga Madura yang pulang kampung merupakan warga dengan darah asli Madura. Beberapa diantaranya merupakan keturunan setengah Madura-Kalimantan. Hal tersebut mengakibatkan beberapa pengungsi sulit berinteraksi dengan warga asli Madura, dikarenakan para pengungsi tersebut sudah terbiasa dengan kehidupan dan kebudayaan di Kalimantan.


Sumber referensi : 

•https://id.m.wikipedia.org/wiki/Konflik_Sampit

•https://bogordaily.net/wp-content/uploads/2021/02/Suku-Dayak.jpeg






Komentar